Langsung ke konten utama

Aim Senang Bersedekah

*Fiksi

Hari ini ibu demam. Tubuhnya panas tapi menggigil kedinginan. Di luar mulai terang. Titi dan Titan menggaruk-garuk dinding rumahnya. Begitu cara mereka memanggil tuannya. 
"Ata.. " Panggil ibu lemas. 
"Ya Bu!" Sahut Ata setengah berteriak. Tangannya masih sibuk mengaduk kasar nasi goreng di atas api kompor. Ata memang belum mahir memasak. Tapi untuk keadaan darurat masakannya tetap ditunggu adik-adik. 
Ata mematikan api kompor dan berlari ke kamar ibu. 
"Ta, itu Titi sama Titan mungkin sudah lapar."
"Ya Bu, biar Ata minta bantu Maira dan Aim. Nasi gorengnya belum selesai." Setelah melihat anggukan ibu, Ata segera memanggil Maira dan Aim. 

"Ata, tunggu sebentar." Ucap ibu, ia berusaha bangun dan mengambil sesuatu dari bawah bantal. "Nanti setelah memasak, tolong antar amplop ini ke Pak Firdaus di mushala." Ata mengangguk mengerti. Setiap hari Jum'at memang ibu biasa menitipkan banyak amplop untuk anak yatim ke Pak Firdaus. 

"Ck ck ck miau! Sini miau!" Terdengar suara Aim dari balik pintu dapur. Seekor kucing coklat tengah asik menjilati serpihan telur orak orak arik di tangan Aim. 
"Aiiiiim!!! Itu buat sarapan!" Teriak Ata. 
Aim kaget, kucing itu lari. 
"Bang Ata! Yaah dia pergi.. " Seru Aim kecewa. 
"Itu buat sarapan Aim! Kenapa dikasih kucing?!" Ata mangkel menunjuk piring sisa telur tinggal separuh. 
"Aim kan sedekah. Kata Ibu kita harus rajin-rajin sedekah biar jadi orang kaya di akhirat. 
"Iyaaa! Tapi jangan sarapan kita juga!" Ata membesarkan mata dan suaranya. Kesalnya belum hilang. "Sana, bantuin Maira cari makan Titi Titan." Sambung Ata. Tangannya menunjuk ke dinding. 
Aim bersungut beranjak pergi ke halaman belakang. Disana Maira sedang sibuk menyabit rumput. 

"Sekalian tolong buang kotorannya, Aim" Kata Zaza. Ia tergopoh gopoh mengangkat ember berisi air untuk menyiram bunga di teras depan. 
"Iya," Sahut Aim tak bersemangat. 

Selesai membersihkan rumah Titi dan Titan, Aim dan Maira mengatur posisi rumput dan air minum di sudut rumah mungil itu. Mereka segera kembali ke rumah karena tercium wangi nasi goreng buatan Ata. 

Aim memilih duduk sendiri di halaman belakang. Membawa sepiring besar nasi goreng. Semua orang berkumpul di kamar ibu. Menemani ibu sarapan sambil mengobrol. 

"Krrr krrr hei, kamu lapar ya?" Seekor induk ayam mendekati Aim. Menjaga jarak, sesekali mematuk ke tanah. Aim tersenyum. "Ini untukmu," Aim melempar sesendok nasi goreng ke arah induk ayam. 
"Ini untukku, Bismillaah, " Aim menyendok nasi goreng. Mengunyahnya perlahan. 

Kok kok kok seekor ayam jantan pun datang. Senyum Aim mengembang. "Ini untukmu," Aim melempar satu sendok nasi goreng lagi. "Ini untukku, ini untukmu, ini untukku." Aim terus saja membagi makanannya. Sesendok masuk ke mulut, sesendok di lempar ke ayam. Sampai piringnya kosong. Di hadapannya sudah ramai ayam bergembira mematuk matuki nasi yang berserakan. 

"Waah Ramai!" Seru Maira. Ia terpesona dengan ramainya ayam di depan Aim.
"Mereka semua tamu Aim di surga!" Ucap Aim tersenyum bangga. 
"Kalau sudah selesai, pergi ya, Yam! Jangan pup di sini!" Seru Zaza dari belakang. 
"Iya tuh, awas saja." Celetuk Ata. Keempat bersaudara berkumpul di halaman belakang. 

Guk guk guk Grrr seekor anjing hitam berekor pendek membubarkan gerombolan ayam. Sayangnya nasi goreng di tanah sudah habis. Dia tidak mendapatkan apa-apa. 
"Dia lagi!" Seru Ata. Ia sibuk memikirkan cara menyuruh anjing itu pergi. 
"Tuh, tamu Aim ada lagi." Zaza meledek. 

"Assalamu'alaykum warahmatullah.. " Terdengar suara ayah dari pintu depan. Ayah pulang dari tepian lebih cepat dari biasanya. Keempat bersaudara berlari menyambut ayah. 
"Wa'alaykumussalam warahmatullaaah.. " Teriak mereka. 
"Sudah sarapan?" Tanya ayah sambil menyerahkan kantong sekantong ayam kentuchy ke tangan Ata. 
Mata Ata berbinar menerima. "Sudah, Yah. Tadi Ata bikin nasi goreng." 
"Waaah ayaam," Teriak Maira dan Zaza gembira. 
"Aim dua! Aim dua!" Seru Aim bersemangat. Ia merogoh isi kantong tergesa. 
"Buat tamu Aim lagi?!" Seru Ata tidak suka. Ia menjauhkan kantong itu ke atas kepala. 
"Jangan kasih dia Aim, dia jahat. Suka mengganggu Titi Titan!" Seru Maira histeris. 
Hup! Aim berhasil meraih kantong dan mengambil dua potong Ayam. 
"Aiiiim!!" Ketiga saudara Aim berteriak. 
"Ck Apa siih? Buat Ibu!" Jawab Aim melengos santai. Ia segera menuju ke kamar ibu. 

Aim memang selalu menjadi yang pertama untuk setiap peluang kebaikan. Hatinya begitu terpesona  dengan kisah-kisah sahabat Rasulullah yang senang bersedekah. Berbagi apapun yang ia punya adalah salah satu cara Aim bersedekah kepada sesama. 

Solok, 12 Februari 2022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suatu Malam Bersama Cu Wit

Beliau adalah tantenya suami saya. Adik perempuan mendiang ayah mertua yang paling kecil. Makanya ada embel-embel Uncu di depan nama beliau. Awal kami menikah, saya pernah jumpa Cu Wit beberapa kali. Interaksi kami hanya sekedarnya. Karena saya masih canggung menjadi menantu baru. Keluarga suami saya sangat banyak. Membuat saya sering bingung dan sulit mengingat nama nama dan wajah semua keluarga. Tapi ada satu hal yang khas di tengah kesulitan itu. Wajah mereka mirip-mirip, yang lelaki tampan-tampan dan yang perempuan cantik-cantik. Umumnya kehidupan mereka juga mapan dan berkecukupan. Saya gadis kampung yang pemalu, hanya bisa tersenyum saat berjumpa mereka. Tidak ada banyak kata yang bisa terucap. Sebab saya juga bingung, topik apa yang enak untuk dibahas. Suatu saat Fathan, anak pertama kami sakit. Waktu itu dia masih bayi, usia 11 bulan. Fathan demam tinggi, batuk dan sesak nafas. Semula kami bawa Fathan ke M. Natsir dan rawat inap di sana selama 3 hari. Tapi belum ada angsur...

Resensi Buku 61 Kisah Pengantar Tidur [IMRC 2015]

Meluruskan Persepsi Melalui Kisah Shahih Judul : 61 Kisah Pengantar Tidur diriwayatkan secara kasih shahih dari Rasulullah dan para sahabat Penulis : Muhammad bin Hamid Abdul Wahab Penerjemah : Munawwarah Hannan Penerbit : Darul Haq Tebal : 181 halaman Buku ini hadir sebagai wujud keprihatinan penulis dan penerbitnya dengan merebaknya hikayat dan kisah fiksi yang berbau syirik dan tahayul di tengah masyarakat. Baik dari media cetak maupun media elektronik. Kisah-kisah yang disuguhkan dalam buku ini bersumber dari Rasulullah salallahu’alaihi wassalam dan para sahabatnya. Yang tertuang dalam hadits shahih. Meliputi kisah para nabi, sahabat Rasulullah dan umat-umat terdahulu. Kisah-kisah di dalam buku ini sangat berbobot. Disampaikan dengan bahasa yang menarik. Dengan arti kata, tidak kaku dan tidak membosankan. Penulisnya juga terlihat lihai merangkum hadits yang satu dengan yang lainnya. Sehingga tidak jarang pembaca akan menemukan tokoh-tokoh dalam cerita berbicara d...