Langsung ke konten utama

Balita dan Ponsel Pintar

Adakah ibu pernah mendengar atau membaca berita tentang foto seorang ibu tak berbusana masuk dalam sebuah grup chatting? Menurut teman saya yang menuturkan kisah ini, si ibu baru saja keluar kamar dari kamar mandi hanya memakai handuk saja. Kebetulan anaknya yang masih balita sedang bermain  dengan ponsel miliknya. Ibu mengira balitanya sedang mengutak atik game atau hal-hal lainnya yang dirasa sepele. Namun, setelah diperiksa ternyata beberapa foto ibu ini, yang sedang tidak berbusana masuk ke dalam sebuah grup chatting. Betapa malunya ibu ini. Kemudian meminta maaf dan keluar dari grup tersebut dengan rasa malu yang sangat.
                                                 
Supaya tidak terjadi hal yang sama, alangkah baiknya kita bersikap ekstra hati-hati menjaga balita dari ponsel kita.

sumber: google.com
Berikut beberapa tips dari saya:
·         Gunakan pakaian lengkap setelah mandi.
Jangan biasakan keluar kamar mandi hanya memakai handuk saja. Insyaa allah banyak manfaatnya. Selain menghindari difoto tanpa busana, tentunya. Salah satunya kita sedang memberi teladan kepada anak, tentang bagaimana cara menjaga auratnya terhadap mahram.
·         Gembok semua aplikasi medsos dan lainnya yang memungkinkan akan berbahaya jika diakses anak. Termasuk playstore dan youtube.
·         Gunakan ponsel ibu hanya ketika tidak bersama balita. Atau saat mereka tidur.
·         Jauhkan ponsel ibu dari jangkauan balita dan anak-anak. Contoh, matikan dan taruh dalam lemari J

Nah, sekian dari saya... jangan marra aaah...
Semoga bermanfaat.


Solok, 23 November 2016
Seorang ibu yang masih belajar hidup
untuk hidup kini dan nanti
Yeyen Syafrina

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aim Senang Bersedekah

*Fiksi Hari ini ibu demam. Tubuhnya panas tapi menggigil kedinginan. Di luar mulai terang. Titi dan Titan menggaruk-garuk dinding rumahnya. Begitu cara mereka memanggil tuannya.  "Ata.. " Panggil ibu lemas.  "Ya Bu!" Sahut Ata setengah berteriak. Tangannya masih sibuk mengaduk kasar nasi goreng di atas api kompor. Ata memang belum mahir memasak. Tapi untuk keadaan darurat masakannya tetap ditunggu adik-adik.  Ata mematikan api kompor dan berlari ke kamar ibu.  "Ta, itu Titi sama Titan mungkin sudah lapar." "Ya Bu, biar Ata minta bantu Maira dan Aim. Nasi gorengnya belum selesai." Setelah melihat anggukan ibu, Ata segera memanggil Maira dan Aim.  "Ata, tunggu sebentar." Ucap ibu, ia berusaha bangun dan mengambil sesuatu dari bawah bantal. "Nanti setelah memasak, tolong antar amplop ini ke Pak Firdaus di mushala." Ata mengangguk mengerti. Setiap hari Jum'at memang ibu biasa menitipkan banyak amplop untuk anak yatim ke Pak Fi...

Suatu Malam Bersama Cu Wit

Beliau adalah tantenya suami saya. Adik perempuan mendiang ayah mertua yang paling kecil. Makanya ada embel-embel Uncu di depan nama beliau. Awal kami menikah, saya pernah jumpa Cu Wit beberapa kali. Interaksi kami hanya sekedarnya. Karena saya masih canggung menjadi menantu baru. Keluarga suami saya sangat banyak. Membuat saya sering bingung dan sulit mengingat nama nama dan wajah semua keluarga. Tapi ada satu hal yang khas di tengah kesulitan itu. Wajah mereka mirip-mirip, yang lelaki tampan-tampan dan yang perempuan cantik-cantik. Umumnya kehidupan mereka juga mapan dan berkecukupan. Saya gadis kampung yang pemalu, hanya bisa tersenyum saat berjumpa mereka. Tidak ada banyak kata yang bisa terucap. Sebab saya juga bingung, topik apa yang enak untuk dibahas. Suatu saat Fathan, anak pertama kami sakit. Waktu itu dia masih bayi, usia 11 bulan. Fathan demam tinggi, batuk dan sesak nafas. Semula kami bawa Fathan ke M. Natsir dan rawat inap di sana selama 3 hari. Tapi belum ada angsur...

Duhai Tuan

Duhai Tuan yang Budiman  Barangkali anda bisa lupa dengan saya Atau sekedar pura pura  Tapi saya tidak akan pernah lupa  Akan Tata Krama dan perilaku anda Duhai Tuan,  Saya lebih Sudi berpulang kepada-Nya Dari pada menyingkap tabir saya  Atas anda Bukan karena saya benci Maaf telah saya beri Tetapi bekas perihnya tak akan pergi  Solok, 3 September 2024 Catatan Ternyata masih ada dokter yang rasis saat ini. Ketika pasien terlihat wajah dia sangat ramah. Ketika pasien  tertutup wajahnya dia kembali ke setelan pabrik. Sangat pelit ilmu dan arogan. Padahal orangnya sama (pasien). Tapi diskriminasi tetap berlaku. Kesembuhan datangnya dari Allah. Bukan dari manusia. Tak satu jalan ke Roma. Tak satu pula orang pintar di negeri ini. Terimakasih untuk pelajaran berharga ini. Alhamdulillah saya berhasil melampauinya❤️🖋️