Langsung ke konten utama

Ukhty... Semoga Kita Berjumpa Kembali

Fulanah, seorang perempuan yang sederhana. Memancar ketulusan dari tatapan mata dan senyumannya. Ketika kami bersalaman, seolah – olah saya sudah mengenalnya sangat lama.

Suatu ketika saya mendapat pesan dari seorang sahabat lama. Bahwa salah satu kawan  dekatnya ingin ikut serta dalam majelis ilmu syar’i. Kemudian terhubunglah saya dengan ukhty Fulanah tersebut. Kami berjanji untuk berjumpa di rumah saya. Biidznillah kami dimudahkan untuk bertemu dan berangkat mengaji bersama. Fulanah, seorang perempuan yang sederhana. Memancar ketulusan dari tatapan mata dan senyumannya. Ketika kami bersalaman, seolah – olah saya sudah mengenalnya sangat lama.

Kami pun berangkat dengan motor masing-masing. Ia memutar motornya sangat pelan menghadap jalan keluar.  Ada ragu yang hinggap sejenak.
“Kita jalan pelan – pelan saja,” ucap saya sembari mendahuluinya.
Motor saya terus melaju perlahan. Fathan (5th) terlalu bahagia ikut bersama kami. Ia berceloteh riang. Bertanya ini dan itu kepada saya. Jalanan keluar dari rumah saya menuju jalan raya cukup curam dan berbahaya. Namun telah cukup aman bila dilalui dengan hati-hati dan kecepatan yang sangat rendah. Kami harus melewati turunan jalan berlapis cor-an yang agak licin. Kemudian berbelok melewati beberapa kolam ikan, menyeberangi sebuah jembatan kecil. Setelah itu ada tanjakan yang cukup menantang menghadang. Ketika berhasil keluar dari komplek perumahan keluarga Syukur. Kami dinanti oleh jalanan tanah berbatu-batu, kurang lebih 100M menuju jalan raya. Butuh konsentrasi dan kesiagaan saat berkendara di sini.

Motor saya terus melaju pelan, saya dan Fathan masih asyik mengobrol. Hingga kami sampai di jalan raya lebih dahulu. Ketika menoleh ke belakang, ternyata Fulanah tidak ada di belakang kami. Satu menit, dua menit, tiga menit berlalu.
“Kenapa terlalu lama? Apakah dia tersesat?” gumam saya.
“Mungkin tante tadi belok ke kiri!” jawab Fathan.
“Hmmm... bisa jadi,” saya tidak begitu yakin.
Saya memutar kembali arah motor menuju ke rumah. Lalu berhenti sebentar di atas jalan berbatu-batu. Berharap Fulanah segera muncul dari ujung jalan sana.

Satu menit berlalu. Ia tak juga muncul. Kami  melaju pelan menyusuri lagi jalan berbatu dan tanah lembab. Selang beberapa meter berjalan. Muncul Fulanah dari ujung jalan. Makin lama semakin dekat. Ia tiba dengan wajah pucat.

Qadarullah wa mansyaa fa’al...
Rupanya Fulanah terjatuh di sisi jalan yang curam.  Sebab, rem belakang motornya sudah aus. Memakai rem depan membuat ia tak mampu menjaga keseimbangan. Tak ayal, motornya masuk ke selokan saat berbelok tadi.

Laa hawla walaa quwwata illaa billaah...
“Aku tidak apa-apa! Aku tidak apa-apa!”  ucapnya memaksakan senyum.
Ia memperbaiki posisi kaca spion yang tergores  dengan tangan masih gemetar. Ada gumpalan semangat dan kekhawatiran di wajahnya. Namun ia tidak menggubris tawaran saya untuk memberi tumpangan.
Sejenak saya ragu.
“Kakak jalan duluan atau saya tabrak!” katanya.
Saya terkekeh, getir.

Sepuluh menit kemudian kami sampai di Mushola Al Mukhlisin Sawah Aro Solok (SAS). Ustadz  Asmon Nurijal, Lc. Pengisi kajian sudah duduk ditempat beliau. Dua orang ibu muda duduk di lantai mesjid sembari mengayom anak-anak mereka. Beberapa ibu tengah baya juga sudah duduk rapi di belakang meja belajar yang tersedia.
 
 Pelajaran hari itu pun dimulai. Pembahasan tentang hari kebangkitan. Ayat demi ayat Al Qur’an dijabarkan. Diawali dengan. QS. At Taghabun (64):7, QS. Lukman (31):28, QS.Qaaf (50): 9-11, QS. Al An’am(6): 29-30, dan QS. Al Mutaffifin (83):10-17. Menjelaskan tentang betapa orang kafir sejak zaman dahulu memang telah mendustkan hari kebangkitan. Kedustaan tersebut bukan ada di saat sekarang ini saja. Mereka menganggap bahwa hari pembalasan hanyalah dongeng belaka. Sebagaimana dongeng-dongeng yang diceritakan nenek moyang mereka. Sementara Allah dengan mudah dapat melakukan hal tersebut. Penyesalan tak berperi orang-orang yang mendustkan hari pembalasan, sampai-sampai mereka berandai-andai tidak hidup sebagai manusia dibumi.

Beliau menguraikan ayat demi ayat. Termasuk bantahan terhadap orang kafir yang ada dalam QS.Annisa(4):1, QS. Ghafir(40):57 dan QS. Yassin (36): 81-82 yang menjelaskan bahwa asal muasal manusia dari seorang manusia. Kemudian Allah memperkembangbiakkan laki – laki dan perempuan hingga menjadi sangat banyak. Bahwa Allah Maha Kuasa dan semuanya mudah bagi Allah.

Dalam pelajaran hari itu, Ustadz Asmon juga menyelipkan beberapa nasihat berharga, diantaranya;
·         Manusia hidup di bumi sebagai perantau. Kampung halaman manusia adalah syurga. Namun kelak akan kembali ke dua tempat. Ke syurga atau ke neraka.
·         Ketika kita merasa hampa saat beribadah, maka periksalah diri kita. Mungkin masih ada dosa-dosa yang tidak kita sadari telah melakukannya. Apakah itu, dari harta yang kita makan, tanah yang kita tinggali, kezholiman pada orang lain, dsb.
·         Salah satu saat dikabulkannya doa adalah saat diturunkannya hujan, maka berdoalah saat itu.

Fulanah tetap menyimak dengan tenang.
 “Tidak apa-apa telat?” bisik saya.
“ Ndak pa pa lah,” jawabnya tersenyum malu. Tadinya Fulanah berencana ingin pulang lebih awal karena ada keperluan lain. Namun, kini ia kelihatan begitu enggan beranjak dari tempatnya.

Selelah pelajaran berakhir, kami shalat ashar berjama’ah. Dan Fulanah bersiap pulang. Ia masih saja nampak pucat, dalam hati kecil saya berharap pekan depan kami akan berjumpa kembali di majelis ini. Sungguh pertemuan kami hari ini sangat bermanfaat. Sebab kedatangannya di  rumah saya memudahkan langkah saya datang ke majelis ini. Seolah tarikan magnet pada besi besi halus. Mengobati kerinduan yang membuncah di dada, untuk berkumpul dengan saudara-saudara seiman di taman ini. Taman syurga...

Yaa Allah... berilah kami hidayah, keistiqamahan dan kemudahan dalam menuntut ilmu.

Ukhty... semoga Allah selalu menjagamu dalam RahmatNya...

Aamiin aamiin aamiin Yaa Rabb...

 Yeyen Syafrina
Solok, 27 November 2016


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aim Senang Bersedekah

*Fiksi Hari ini ibu demam. Tubuhnya panas tapi menggigil kedinginan. Di luar mulai terang. Titi dan Titan menggaruk-garuk dinding rumahnya. Begitu cara mereka memanggil tuannya.  "Ata.. " Panggil ibu lemas.  "Ya Bu!" Sahut Ata setengah berteriak. Tangannya masih sibuk mengaduk kasar nasi goreng di atas api kompor. Ata memang belum mahir memasak. Tapi untuk keadaan darurat masakannya tetap ditunggu adik-adik.  Ata mematikan api kompor dan berlari ke kamar ibu.  "Ta, itu Titi sama Titan mungkin sudah lapar." "Ya Bu, biar Ata minta bantu Maira dan Aim. Nasi gorengnya belum selesai." Setelah melihat anggukan ibu, Ata segera memanggil Maira dan Aim.  "Ata, tunggu sebentar." Ucap ibu, ia berusaha bangun dan mengambil sesuatu dari bawah bantal. "Nanti setelah memasak, tolong antar amplop ini ke Pak Firdaus di mushala." Ata mengangguk mengerti. Setiap hari Jum'at memang ibu biasa menitipkan banyak amplop untuk anak yatim ke Pak Fi...

Drama Korea vs Hafalan Qur'an

Siapa yang tak suka drama korea? Mulai dari anak-anak sampai nenek nenek pun suka sama drama korea. Biasanya yang sudah pernah nonton sekali pada ketagihan lagi dan lagi. Sampai lupa waktu. Lupa mandi. Lupa makan. Lupa suami. Eh, ini mah gawat :-D Saya sempat ketagihan sama tontonan yang satu ini. Aih, mulai buka kartu. Alasannya klise, awalnya suka sama alur dan karakter tokoh-tokohnya. Kepikiran untuk nambah-nambah ide menyelesaikan novel kedua. Setelah itu, saya paksa kekasih hati buat hunting judul-judulnya yang oke dan terkenal. Lama-lama kok bosan juga ya. Karena ceritanya berkisar cinta, zina, dan minum alkohol. Tokoh-tokohnya juga rata-rata wajah palsu alias muka operasi plastik. Tapi, yang namanya nafsu always bikin otak penasaran. Hasilnya yaa.. nonton lagi.. hadduh tepok jidat. Lama saya berfikir tentang ini. Bagaimana menghentikan kebiasaan yang sudah seperti candu. Teringat nasehat seorang teman,  "Jika kita tidak sibuk dalam kebaikan, maka kita ak...

Yaa Rabb... Yaa Rabb... (#2)

Saya kesal karena dimanapun saya berada dengan mudah dapat terdeteksi. Seolah matanya punya radar. Di balik kaca dan dari kejauhan sekali pun. Yaa Rabb yang Maha Kaya, saya ingin ganti kaca mata dengan warna yang tidak mencolok lagi. Yaa Rabb yang di tangan Engkau hati hati manusia. Tolong tenangkan hati saya. Hilangkan segala rasa cemas, rasa takut dan khawatir... Hilangkan semua keinginan keinginan jahat orang lain terhadap saya ... Hanya kepadaMu saya dapat meminta pertolongan... Wahai Rabb Dzat yang Maha Pencipta.. Jika ini memang perbuatan jahat makhlukMu Maka Pindahkanlah kembali semua cacing cacing yang datang ke rumah saya ke tempat tidur orang yang menyengaja mengirimnya untuk saya      Yaa Wakiil... Tolonglah hambaMu yang lemah ini...  Yaa Wakiil ... Tenagkanlah jiwa ini. Sesungguhnya hanya Engkaulah Dzat yang Maha Pelindung dan Maha Penolong Solok, 15 Mei 2024 Edit__ 17 Juni 2024 Alhamdulillah Allah kabulkan do'a - do'a saya. Allah beri rejeki ...