Langsung ke konten utama

Resensi Buku 61 Kisah Pengantar Tidur [IMRC 2015]

Meluruskan Persepsi Melalui Kisah Shahih

Judul : 61 Kisah Pengantar Tidur diriwayatkan secara kasih shahih dari Rasulullah dan para sahabat
Penulis : Muhammad bin Hamid Abdul Wahab
Penerjemah : Munawwarah Hannan
Penerbit : Darul Haq
Tebal : 181 halaman


Buku ini hadir sebagai wujud keprihatinan penulis dan penerbitnya dengan merebaknya hikayat dan kisah fiksi yang berbau syirik dan tahayul di tengah masyarakat. Baik dari media cetak maupun media elektronik. Kisah-kisah yang disuguhkan dalam buku ini bersumber dari Rasulullah salallahu’alaihi wassalam dan para sahabatnya. Yang tertuang dalam hadits shahih. Meliputi kisah para nabi, sahabat Rasulullah dan umat-umat terdahulu.
Kisah-kisah di dalam buku ini sangat berbobot. Disampaikan dengan bahasa yang menarik. Dengan arti kata, tidak kaku dan tidak membosankan. Penulisnya juga terlihat lihai merangkum hadits yang satu dengan yang lainnya. Sehingga tidak jarang pembaca akan menemukan tokoh-tokoh dalam cerita berbicara dengan kutipan hadits. Hal menarik lainnya adalah susunan kisah yang ditata oleh penulis dengan apik. Dimana, penulis mengawali dengan menyampaikan kisah-kisah taubat dan keimanan seorang muslim. Lantas diakhiri dengan kisah Dajjal dan hari kiamat. Hadits dan ayat alqur’an diletakkan pada bagian yang pas. Sehingga pembaca dapat memahami jalan cerita dengan baik. Selain itu, penulis juga melengkapi ibrah/pelajaran yang bisa dipetik di tiap kisah.
Umumnya kisah-kisah yang disampaikan dalam buku ini adalah kisah-kisah populer yang sering disampaikan di sekolah-sekolah mayoritas muslim, di mesjid-mesjid dan juga ada tersebar dalam buku kisah para nabi dan sahabat Rasulullah. Hanya saja, apa yang ada dalam buku ini jauh lebih lengkap dan akurat kebenarannya.
Salahsatunya adalah (26) kisah Ka’ab bin Malik yang tidak turut serta dalam perang Tabuk. Selama ini Ka’ab adalah salah satu sahabat yang tidak saya sukai*. Namun, saya temukan hal berbeda di sini. Dalam buku ini dijelaskan bahwa Ka’ab adalah salah satu sahabat yang terkenal kesholehannya. Ia selalu menyertai Rasulullah pada tiap peperangan. Ia adalah seorang lelaki yang takut berkata dusta. Meskipun ia sangat menyadari konsekuensi dari kejujurannya. Sama sekali tidak tertarik untuk mengikuti sumpah palsu 81 orang munafiqin lainnya yang tidak turut dalam perang Tabuk.
Demi Allah Ta’ala saya tidak sanggup membendung air mata ketika sampai pada kejadian, dimana Kaab dikucilkan oleh Nabi dan para sahabat beserta seluruh penduduk kota Madinah. Bahkan ketika Ka’ab menaiki dinding rumah sepupunya, Abu Qotadah dan memberi salam. Ia hanya mendapatkan jawaban, “Allah dan Rasulnya yang lebih mengetahui.” Kemudian di ujung kisah dipaparkan bahwa boikot yang diberikan kepada Ka’ab bin Malik dan 2 orang lainnya adalah bentuk kasih sayang Allah Ta’ala yang menerima taubat mereka. Berbeda dengan orang-orang fasiq yang telah diterima taubatnya oleh Rasulullah secara lahir (sedang batinnya terserah Allah) serta dimohonkan ampunan kepada Allah.
Saya tidak menemukan kekurangan apapun dalam buku ini. Kecuali jumlah halamannya yang menurut saya kurang banyak. Sebab, tentunya masih banyak kisah lain yang belum terangkum dalam buku ini.
Menurut saya, buku ini sangat rekomended untuk semua orang tua keluarga muslim. Banyak manfaat dan faedah yang bisa diambil dan diajarkan kembali kepada putra putri kita—Insya Allah.

#IMRC_2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aim Senang Bersedekah

*Fiksi Hari ini ibu demam. Tubuhnya panas tapi menggigil kedinginan. Di luar mulai terang. Titi dan Titan menggaruk-garuk dinding rumahnya. Begitu cara mereka memanggil tuannya.  "Ata.. " Panggil ibu lemas.  "Ya Bu!" Sahut Ata setengah berteriak. Tangannya masih sibuk mengaduk kasar nasi goreng di atas api kompor. Ata memang belum mahir memasak. Tapi untuk keadaan darurat masakannya tetap ditunggu adik-adik.  Ata mematikan api kompor dan berlari ke kamar ibu.  "Ta, itu Titi sama Titan mungkin sudah lapar." "Ya Bu, biar Ata minta bantu Maira dan Aim. Nasi gorengnya belum selesai." Setelah melihat anggukan ibu, Ata segera memanggil Maira dan Aim.  "Ata, tunggu sebentar." Ucap ibu, ia berusaha bangun dan mengambil sesuatu dari bawah bantal. "Nanti setelah memasak, tolong antar amplop ini ke Pak Firdaus di mushala." Ata mengangguk mengerti. Setiap hari Jum'at memang ibu biasa menitipkan banyak amplop untuk anak yatim ke Pak Fi...

Suatu Malam Bersama Cu Wit

Beliau adalah tantenya suami saya. Adik perempuan mendiang ayah mertua yang paling kecil. Makanya ada embel-embel Uncu di depan nama beliau. Awal kami menikah, saya pernah jumpa Cu Wit beberapa kali. Interaksi kami hanya sekedarnya. Karena saya masih canggung menjadi menantu baru. Keluarga suami saya sangat banyak. Membuat saya sering bingung dan sulit mengingat nama nama dan wajah semua keluarga. Tapi ada satu hal yang khas di tengah kesulitan itu. Wajah mereka mirip-mirip, yang lelaki tampan-tampan dan yang perempuan cantik-cantik. Umumnya kehidupan mereka juga mapan dan berkecukupan. Saya gadis kampung yang pemalu, hanya bisa tersenyum saat berjumpa mereka. Tidak ada banyak kata yang bisa terucap. Sebab saya juga bingung, topik apa yang enak untuk dibahas. Suatu saat Fathan, anak pertama kami sakit. Waktu itu dia masih bayi, usia 11 bulan. Fathan demam tinggi, batuk dan sesak nafas. Semula kami bawa Fathan ke M. Natsir dan rawat inap di sana selama 3 hari. Tapi belum ada angsur...

Duhai Tuan

Duhai Tuan yang Budiman  Barangkali anda bisa lupa dengan saya Atau sekedar pura pura  Tapi saya tidak akan pernah lupa  Akan Tata Krama dan perilaku anda Duhai Tuan,  Saya lebih Sudi berpulang kepada-Nya Dari pada menyingkap tabir saya  Atas anda Bukan karena saya benci Maaf telah saya beri Tetapi bekas perihnya tak akan pergi  Solok, 3 September 2024 Catatan Ternyata masih ada dokter yang rasis saat ini. Ketika pasien terlihat wajah dia sangat ramah. Ketika pasien  tertutup wajahnya dia kembali ke setelan pabrik. Sangat pelit ilmu dan arogan. Padahal orangnya sama (pasien). Tapi diskriminasi tetap berlaku. Kesembuhan datangnya dari Allah. Bukan dari manusia. Tak satu jalan ke Roma. Tak satu pula orang pintar di negeri ini. Terimakasih untuk pelajaran berharga ini. Alhamdulillah saya berhasil melampauinya❤️🖋️