Langsung ke konten utama

Aplikasi 4 Tahapan dalam Belajar

[Catatan Kulwap bersama Koor IIP se- Indonesia]


Kemarin sore, kami mendapat pengumuman bahwa malam, pukul 20.00 akan ada rapat koordinator di grup WA. Setelah sholat Isya, saya pun mulai mantengin hp.

Kuliah dibuka dengan prolog dari Bu Septi. Berisi ucapan terima kasih dan pemberitahuan bahwa akan dipakai metode kulwap terbaru di bulan Mei untuk seluruh grup kota. Dengan sistem terbalik dari kulwap sebelumnya. Jika biasanya narasumber memberikan prolog dan menjawab pertanyaan semua member. Sekarang member akan menjawab pertanyaan dari narasumber.

Waaah... ide kreatif ini! Begitu pikir saya. Tiba-tiba bu septi mengatakan,  "Oke, sekarang kita simulasi disini!"
Saya pun bersiap-siap, penasaran seperti apa kelanjutannya.


Kemudian, Bu Septi melemparkan sebuah tema, 'fitrah belajar anak'. Yang kemudian dikerucutkan menjadi dua buah kata, ibu dan anak. Lantas, kami diminta untuk mengajukan pertanyaan dengan metode 5W+1H. Karena 5W+1H adalah cara dasar melatih intelectual curriosity.

Chat dari teman-teman pun mengalir  deras seperti air bah. Tak mau hanya jadi silent reader, saya ikut menyumbang satu pertanyaan. Dengan awalan "Bagaimana". Lupa pula kemarin nanya apa. Hehe.

Rentang beberapa menit peluit Mba Lina berbunyi, priiiiit! Tanda sesi mengajukan pertanyaan habis. Keren deh mba Lina. Tanpa diminta, sportif maju mengatur lalu lintas rapat yang ternyata kulwap. Kemudian, Bu septi membungkus rapi sesi tadi dengan pujian ringan dan mendebarkan.

Selanjutnya, masuk ke tahap belajar art of discovery. Ini merupakan tahapan lanjutan dalam belajar. Setelah tumbuh rasa ingin tahu dan beragam pertanyaan 5W+1.  Maka akan muncul pertanyaan selanjutnya. Yang disebut Bu Septi sebagai high order question. Dengan memakai kata kunci 'mengapa', 'mengapa tidak', 'bagaimana jika'.

Misalkan, tema: Melatih disiplin anak (contoh 1) akan muncul pertanyaan:
1. Mengapa anak harus dilatih untuk hidup disiplin?
2. Mengapa anak tidak dibiarkan hidup sesukanya?
3. Bagaimana jika saya melatih disiplin anak dengan dongeng, papan bintang dan hadiah?

Contoh 2 tema:  Manajemen gadget
1. Mengapa saya harus mengatur waktu penggunaan gadget?
2. Mengapa saya tidak boleh menggunakan gadget setiap waktu?
3. Bagaimana jika saya memakai gadget hanya pada saat tidak bersama anak?

Contoh 3 tema: Menggali passion
1. Mengapa saya harus mengasah passion?
2. Mengapa saya tidak bisa hidup santai  seperti ibu-ibu domestik umumnya?
3. Bagaimana jika passion saya dimanfaatkan untuk merintis usaha keluarga?

Nah, selanjutnya akan muncullah gagasan baru berangkat dari 3 pertanyaan di atas.
Seperti pada contoh 1. Timbul ide untuk mendesain papan bintang yang menarik untuk anak dan menulis dongeng seauai kebutuhan belajar disiplin anak saya.

Pada contoh 2 muncul ide untuk mengoptimalkan pemakaian gadget pada jam- jam tertentu. Dilengkapi timer  atau aplikasi kakatu yang ada di playstore. Dan, pada contoh 3 muncul gagasan untuk merintis usaha keluarga.

Terakhir, jangan lupakan noble attitude atau akhlak mulia. Sebab sharing is caring. Katakan apa yang dilakukan dan lakukan apa yang dikatakan.

Bagi saya, ini pelajaran yang sangat besar. Sebab saya sedang belajar bagaimana cara belajar kepada seorang pembelajar yang luar biasa. Selama ini saya hanya sekedar tahu tahap-tahap belajar tanpa paham bagaimana prakteknya.

Jika kita orang tua memakai cara belajar seperti ini dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam urusan keseharian, adab, akhlaq, pengetahuan umum, dsb. Maka akan muncul ibu-ibu kreatif yang mendidik anak-anak kreatif pula. Bayangkan! Jika cara belajar semua anak di indonesia seperti ini, maka tentu akan muncul ribuan ilmuwan, para ahli, dan pakar  di berbagai bidang.

Subhanallah... semoga ilmu yang Bu Septi bagikan menjadi amal jariyah buat beliau.  Aamiin.

Catatan:
Sampai disini saya masih penasaran, bagaimana penerapan model kulwap terbaru di bulan Mei nanti. Sebab, dalam kulwap ini kami dilatih untuk bertanya dengan baik, bukan menjawab dengan baik 😊




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aim Senang Bersedekah

*Fiksi Hari ini ibu demam. Tubuhnya panas tapi menggigil kedinginan. Di luar mulai terang. Titi dan Titan menggaruk-garuk dinding rumahnya. Begitu cara mereka memanggil tuannya.  "Ata.. " Panggil ibu lemas.  "Ya Bu!" Sahut Ata setengah berteriak. Tangannya masih sibuk mengaduk kasar nasi goreng di atas api kompor. Ata memang belum mahir memasak. Tapi untuk keadaan darurat masakannya tetap ditunggu adik-adik.  Ata mematikan api kompor dan berlari ke kamar ibu.  "Ta, itu Titi sama Titan mungkin sudah lapar." "Ya Bu, biar Ata minta bantu Maira dan Aim. Nasi gorengnya belum selesai." Setelah melihat anggukan ibu, Ata segera memanggil Maira dan Aim.  "Ata, tunggu sebentar." Ucap ibu, ia berusaha bangun dan mengambil sesuatu dari bawah bantal. "Nanti setelah memasak, tolong antar amplop ini ke Pak Firdaus di mushala." Ata mengangguk mengerti. Setiap hari Jum'at memang ibu biasa menitipkan banyak amplop untuk anak yatim ke Pak Fi...

Suatu Malam Bersama Cu Wit

Beliau adalah tantenya suami saya. Adik perempuan mendiang ayah mertua yang paling kecil. Makanya ada embel-embel Uncu di depan nama beliau. Awal kami menikah, saya pernah jumpa Cu Wit beberapa kali. Interaksi kami hanya sekedarnya. Karena saya masih canggung menjadi menantu baru. Keluarga suami saya sangat banyak. Membuat saya sering bingung dan sulit mengingat nama nama dan wajah semua keluarga. Tapi ada satu hal yang khas di tengah kesulitan itu. Wajah mereka mirip-mirip, yang lelaki tampan-tampan dan yang perempuan cantik-cantik. Umumnya kehidupan mereka juga mapan dan berkecukupan. Saya gadis kampung yang pemalu, hanya bisa tersenyum saat berjumpa mereka. Tidak ada banyak kata yang bisa terucap. Sebab saya juga bingung, topik apa yang enak untuk dibahas. Suatu saat Fathan, anak pertama kami sakit. Waktu itu dia masih bayi, usia 11 bulan. Fathan demam tinggi, batuk dan sesak nafas. Semula kami bawa Fathan ke M. Natsir dan rawat inap di sana selama 3 hari. Tapi belum ada angsur...

Duhai Tuan

Duhai Tuan yang Budiman  Barangkali anda bisa lupa dengan saya Atau sekedar pura pura  Tapi saya tidak akan pernah lupa  Akan Tata Krama dan perilaku anda Duhai Tuan,  Saya lebih Sudi berpulang kepada-Nya Dari pada menyingkap tabir saya  Atas anda Bukan karena saya benci Maaf telah saya beri Tetapi bekas perihnya tak akan pergi  Solok, 3 September 2024 Catatan Ternyata masih ada dokter yang rasis saat ini. Ketika pasien terlihat wajah dia sangat ramah. Ketika pasien  tertutup wajahnya dia kembali ke setelan pabrik. Sangat pelit ilmu dan arogan. Padahal orangnya sama (pasien). Tapi diskriminasi tetap berlaku. Kesembuhan datangnya dari Allah. Bukan dari manusia. Tak satu jalan ke Roma. Tak satu pula orang pintar di negeri ini. Terimakasih untuk pelajaran berharga ini. Alhamdulillah saya berhasil melampauinya❤️🖋️