Langsung ke konten utama

Self Healing

Beberapa hari ini saya merasa tidak sedang baik- baik saja. Dengan cepat saya dapat mendeteksi keadaan ini dan segera dapat mengenali pemicu over thinking yang masuk. Alhamdulillah sudah dapat bekal dari kelas SOT. Saya lakukan self talk positif, dan berjalan kaki sejauh 2,8 km sendirian. Menikmati hembusan angin, pemandangan yang menyegarkan mata, aliran air di bawah jembatan, memungut daun ketapang yang sudah kering, masyaallah hatipun menjadi tenang. Kembali teringat kenangan indah di masa kecil, berjalan penuh gembira berangkat ke sekolah bersama kakak-kakak, bersama teman-teman, seiring waktu, saya berjalan sendirian menikmati alam pedesaan yang permai. Masyaallah. 

Sayangnya rasa tenang yang hadir tidak berlangsung lama saat pemicu lainnya muncul. Sebab  nyatanya saya belum benar benar move on. 

Hingga tiga hari berlalu baru saya benar benar plong. Berikut beberapa tips yang ingin saya bagikan, semoga bermanfaat ya, Bun. 

Pertama, ambil jeda/me time. Lepaskan rutinitas dan lakukan sesuatu yang Bunda sukai. Bagi saya, yang introvert. Saya suka menyepi dulu.  Menitipkan anak anak kepada Neneknya saat suami berangkat kerja. 

Kedua, lakukan Self Love beserta terapinya (bagi yang pernah di kelas SOT). Jika belum reda lakukan Self Compansion Therapy (SCT) juga. SCT saya pelajari di kelas My Happy Life. 

Selflove yang saya pilih kali ini adalah melakukan perawatan rambut, wajah dan kaki. Sebab bagian tubuh saya ini yang paling banyak berjuang buat saya. Rambut yang menempel dikepala yang sering berfikir. Wajah yang selalu berusaha tampak manis. Kaki yang banyak melangkah dan bekerja. Self therapy juga sangat membantu meringankan perasaan. Apalagi Self Cimpantion Theraphy, itu luar biasa mengademkan hati. 

Ketiga, Menulis. Menulis terbukti dapat membantu mengurai rasa dan pikiran kita. Makanya banyak kita dengar kisah orang orang yang meredakan gejolak pikiran dan perasaannya untuk menjaga kewarasan. Seperti Eyang Habibie. Bagi saya yang berbakat ideation kuat. Menulis adalah segalanya. Wkwk

Keempat, mengingat Allah dan pemutus  segala kelezatan. Mengingat Allah dengan berdzikir di hati dan di lisan terbukti bisa menghadirkan ketenangan. Sebab Allah  Subhana waTa'ala sendiri yang telah mengabarkan. "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu," Seluruh bacaan shalat mengandung Dzikir ya, Bun. 
Sedangkan mengingat pemutus segala kelezatan (kematian), adalah cara yang paling ampuh membuat kita banyak bersyukur dan menyadari hidup kita saat ini. 

Kelima, kunjungi tempat  favorit. Tempat favorit saya adalah Mesjid dan perpustakaan. Sebab waktu yang tidak banyak, saya pilih satu tempat saja. 

Masyaallah, laa hawla walaa quwwata illa billaah. Hati tenang, pikiran nyaman, tubuh bugar, dan siap kembali beraktifitas seperti semula. 🤗💕

Bagaimana Bun? Semoga bermanfaat ya. 


Solok, 21 Juni 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aim Senang Bersedekah

*Fiksi Hari ini ibu demam. Tubuhnya panas tapi menggigil kedinginan. Di luar mulai terang. Titi dan Titan menggaruk-garuk dinding rumahnya. Begitu cara mereka memanggil tuannya.  "Ata.. " Panggil ibu lemas.  "Ya Bu!" Sahut Ata setengah berteriak. Tangannya masih sibuk mengaduk kasar nasi goreng di atas api kompor. Ata memang belum mahir memasak. Tapi untuk keadaan darurat masakannya tetap ditunggu adik-adik.  Ata mematikan api kompor dan berlari ke kamar ibu.  "Ta, itu Titi sama Titan mungkin sudah lapar." "Ya Bu, biar Ata minta bantu Maira dan Aim. Nasi gorengnya belum selesai." Setelah melihat anggukan ibu, Ata segera memanggil Maira dan Aim.  "Ata, tunggu sebentar." Ucap ibu, ia berusaha bangun dan mengambil sesuatu dari bawah bantal. "Nanti setelah memasak, tolong antar amplop ini ke Pak Firdaus di mushala." Ata mengangguk mengerti. Setiap hari Jum'at memang ibu biasa menitipkan banyak amplop untuk anak yatim ke Pak Fi...

Suatu Malam Bersama Cu Wit

Beliau adalah tantenya suami saya. Adik perempuan mendiang ayah mertua yang paling kecil. Makanya ada embel-embel Uncu di depan nama beliau. Awal kami menikah, saya pernah jumpa Cu Wit beberapa kali. Interaksi kami hanya sekedarnya. Karena saya masih canggung menjadi menantu baru. Keluarga suami saya sangat banyak. Membuat saya sering bingung dan sulit mengingat nama nama dan wajah semua keluarga. Tapi ada satu hal yang khas di tengah kesulitan itu. Wajah mereka mirip-mirip, yang lelaki tampan-tampan dan yang perempuan cantik-cantik. Umumnya kehidupan mereka juga mapan dan berkecukupan. Saya gadis kampung yang pemalu, hanya bisa tersenyum saat berjumpa mereka. Tidak ada banyak kata yang bisa terucap. Sebab saya juga bingung, topik apa yang enak untuk dibahas. Suatu saat Fathan, anak pertama kami sakit. Waktu itu dia masih bayi, usia 11 bulan. Fathan demam tinggi, batuk dan sesak nafas. Semula kami bawa Fathan ke M. Natsir dan rawat inap di sana selama 3 hari. Tapi belum ada angsur...

Duhai Tuan

Duhai Tuan yang Budiman  Barangkali anda bisa lupa dengan saya Atau sekedar pura pura  Tapi saya tidak akan pernah lupa  Akan Tata Krama dan perilaku anda Duhai Tuan,  Saya lebih Sudi berpulang kepada-Nya Dari pada menyingkap tabir saya  Atas anda Bukan karena saya benci Maaf telah saya beri Tetapi bekas perihnya tak akan pergi  Solok, 3 September 2024 Catatan Ternyata masih ada dokter yang rasis saat ini. Ketika pasien terlihat wajah dia sangat ramah. Ketika pasien  tertutup wajahnya dia kembali ke setelan pabrik. Sangat pelit ilmu dan arogan. Padahal orangnya sama (pasien). Tapi diskriminasi tetap berlaku. Kesembuhan datangnya dari Allah. Bukan dari manusia. Tak satu jalan ke Roma. Tak satu pula orang pintar di negeri ini. Terimakasih untuk pelajaran berharga ini. Alhamdulillah saya berhasil melampauinya❤️🖋️