Menyapih Si Bungsu

Hampir berlalu satu bulan sejak saat hari itu saya mulai menyapih Si Bungsu, Ibrahim. Namanya sangat indah di telinga dan hati saya, sebab ada kenangan indah pula yang terpatri di sana. Di tulisan lain insyaallah saya cerita. 

Si Bungsu kami ini cukup unik. Dia bayi yang sangat manis perilakunya, romantis ala ala bayi, penyayang, senang berbagi, dan tidak bisa melihat kezhaliman. Meski demikian, hingga sekarang ia masih belum bisa bicara seperti anak anak seusianya. Baru bisa mengatakan Umi, Ama dengan fasih. Untuk ayah dan kakak kakaknya ia punya panggilan sendiri. 

Fathan dipanggil "Da! Ata!"
Hafizhah dipanggil "Ame!"
Humaira dipanggil "Tata"
Ayahnya dipanggil "Me" 
πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

Ini menunjukkan saya dan neneknya orang spesialπŸ˜πŸ€—πŸ’•

Tentang menyapih, ini langkah-langkah yang kami lakukan.

🌈 πŸ’• Sounding
Tiga bulan sebelum hari menyapih tiba saya mulai sounding ke Ibrahim terutama saat sedang mengASIhi. 
"Masyaallah.. Tiga bulan lagi Ibrahim dua tahun. Nanti kalau sudah dua tahun ASI nya habis ya.. Minum susu pakai botol, ya.."

Sejak saat itu, kami menghitung waktu secara mundur, hingga tiba satu minggu terakhir. Saya mulai deg deg an. Sebab Ibrahim benar benar full ASI, tidak ada diberi susu tambahan. Saya meragukan kemampuan sendiri menghadapi situasi menyapih nanti, mulai over thinking. Wkwkwk. 

πŸŒˆπŸ’• Menyediakan botol susu yang menarik
Setelah tiba 1 hari terakhir, ayah Ibrahim membelikan botol susu yang ukuran menengah, 120ml dan sekotak susu formula. Saya sibuk mencari ide makanan dan cemilan yang kira kira disukai Ibrahim. 

Sengaja kita sediakan botol yang sedang, karena kecenderungan anak laki-laki senang minum susu. Ada kemungkinan nanti Ibrahim tidak cukup dengan botol 60ml, sehingga kami akan bolak balik membuat susu ke dapur. Tentunya akan membuat Ibrahim tidakbnyaman menunggu. 

πŸŒˆπŸ’•Sounding diri sendiri 
Setiap waktu saya sounding diri sendiri bahwa semua akan baik baik saja, bahwa ini bagian penting dalam hidupnya, menyapih adalah bukti kepatuhan saya pada Sang Khalik 'Azza wa Jalla dan juga bentuk cinta saya kepada buah hati. 

Ini penting buat saya, karena bakat empathy saya yang sangat kuat sangatlah mengganggu. Rasa tidak tega, rasa bersalah, rasa khawatir, rasa akan kehilangan menggerogoti saya. Iiih.. 

πŸŒˆπŸ’•Sediakan cemilan atau makanan yang menarik
Ini penting ya, Bun. Sebab ketika bayi sudah sibuk ngemil dan makan, perutnya lebih cepat kenyang, mudah mengantuk, dan memudahkan kita mengalihkan perhatiannya dari ASI. 
Alhamdulillah Ibrahim senang ngemil. Bisa ngemil apa saja. Ubi rebus, jagung rebus, roti dan kue kue yang mengenyangkan. Hindari ciki cikian. Karena akan mengurangi nafsu makannya. 

Saya sendiri juga tengah berlatih konsisten untuk ciki cikian. Terkadang Ibrahim ngotot mau beli. Nanti saya siati dengan bantu menghabiskan, wkwkwk. Atau menukar sebagian isinya dengan kue lain yang lebih baik. 

πŸŒˆπŸ’•Selalu berkata jujur
Dihari menyapih sounding yang paling sering saya ucapkan adalah, "ASInya habis..." Sambil menatap matanya dengan lembut. 
Di sini saya tidak berbohong ya, Bun. ASI kalau tidak terpakai lagi pasti akan kering dan habis. Ya kan? πŸ˜‚

Saya tidak butuh lagi mengoleskan apapun untuk menakuti Ibrahim, karena itu-menurut saya adalah bagian dari kebohongan dan pemaksaan. 

Untuk menyiasati pembengkakan, saya memerah ASI di saat dibutuhkan. Misalnya saat ASI mulai penuh dan timbul rasa nyeri. 

Ssst, ini ada rahasia sensitif ya, Bun.. Jaga  kantong ASI Bunda, jangan tergencet, kena tekanan, atau gangguan lain. Sebab bisa membuat kantong ASI keriput, kecil, dan tidak cantik lagi. 

Jika Bunda bisa melalui masa masa ini dengan baik, insyaallah kantong ASI akan tetap cantik dan penuh seakan akan masih full ASI di dalamnya. Mau khaaan? πŸ˜πŸ€—

Terakhir, 

πŸŒˆπŸ’•Sediakan waktu luang
Ini juga penting Bun, supaya si kecil tidak merasa kehilangan kasih sayang dan perhatian Bunda. 

Ibrahim paling suka ditemani main, baca buku, menonton acara kesukaannya, dan jalan jalan. Akhir akhir ini saya mulai kecolongan. Ibrahim mulai keranjingan nonton. Aduuh.

Saya ingat, waktu itu. Setelah satu pekan Ibrahim di sapih, situasi mulai aman. Saya kembali melirik pekerjaan rumah yang menumpuk. Ibrahim lepas menonton hingga lebih 15 menit. Qadarullah. Dan PR selanjutnya adalah menyapihnya dari ponsel dan TV. Alhamdulillah mulai aman lagi. Biiznillaah❤πŸ€—

Begitulah kisah menyapih Si Bungsu kami yang romantis. Kami berusaha sebaik baiknya, namun tidak ada yang sempurna. Semua hal menjadi mudah semata karena pertolongan Allah Subhana wa Ta'ala. 

Solok, 21 Juni 2022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku 61 Kisah Pengantar Tidur [IMRC 2015]

Untukmu... Suamiku

Drama Korea vs Hafalan Qur'an