Postingan

Catatan 14 tahun Pernikahan (Part 2)

Gambar
Suami... Terimakasih untukmu semuanya...  Selama hampir 14 tahun kamu berusaha membuktikan hubungan kita pantas untuk dipertahankan. Setelah badai besar itu, 2 tahun terakhir ini kita telah mampu memulai kisah baru yang jauh lebih baik. Biidznillaah..  Terima kasih dan salam takzim untuk Cuwit dan Pak Muh yang telah menyatukan kami kembali. Cuwit terasa seperti ibuku sendiri. Saking bapernya, aku merasa beliau lebih menyayangi aku melebihi kamu- keponakannya sendiri. Pak Muh pun demikian, beliau sosok pengganti almarhum Papamu yang sangat perhatian, pengertian dan penuh belas kasih. Beliau sangat peduli kepada aku dan anak-anak kita. Persis Almarhum Papa. Sedikit saja nafasku sesak saat menghidupkan api kompor di lantai dapur. Satu pekan setelahnya Papa datang membawa meja kompor gas buatan tangannya sendiri.  "Pakai meja saja, kamu sedang hamil. Susah memasak di lantai." Kata Papa waktu itu. Masyaallah... Semoga Allah lapangkan kubur beliau. Bahagiakan beliau di

Catatan 14 th Pernikahan

Gambar
Hai suami.. hampir 14 tahun kita bertetangga^^ Segala puji bagi Allah yang telah mempertemukan kita.. Suami, apakah kamu masih ingat bagaimana awal mula kita berjumpa? Aku mengingat semuanya. Aku belum lupa lika liku yang kita lewati hingga sampai ke detik ini. Izinkan aku menuliskan ini sebelum aku menjadi lupa. Agar anak-anak kita bisa membacanya dan mengambil hikmah ketika mereka telah tumbuh dewasa. Suami.. kamu adalah jawaban dari doaku. Aku ingat ketika masih SMK, aku dan Herly teman sebangku ku kerap bercerita tentang masa depan. Kala itu usiaku masih 17 tahun. Kami saling curhat tentang pasangan impian masing-masing. Kami punya satu kesamaan. Sama-sama ingin menikah dengan orang Jawa. Sebab lelaki Jawa terkenal pekerja keras dan lemah lembut kepada pasangannya. Aku tidak ingat tipe pasangan seperti apa yang Herly mau waktu itu. Yang aku ingat Herly dikejar-kejar mantan pacarnya.  "Aku mau yang tinggi.. Karena aku pendek. Aku mau yang kulitnya putih ... Kar

Terimakasih Dokter Jenny! (part 2)

Gambar
Setelah beberapa pekan tidak lagi mengikuti terapi, kaki dan pinggulku kembali sakit. Memang tidak ada lagi rasa seluruh tulang-tulang remuk seperti dulu. Sakit kepala kembali terasa tapi tidak separah dulu. Mungkin saja Karena aktivitas rumahku masih sangat terbatas. Masih banyak urusan rumah tangga yang dibantu Ibu. Sehingga kondisiku masih stabil. Hanya rasa nyeri di pinggul, pinggang belakang, kaki dan semua sendiku yang semakin memburuk. Pada suatu sore saat aku shalat Ashar, aku berdiri cukup lama untuk rakaat pertama. Setelahnya aku bermaksud hendak rukuk, tapi tiba-tiba saja aku merasa ada sesuatu yang robek di pinggang belakang. Pada saat yang sama aku jatuh tersungkur ke sajadah. Aku terkejut luar biasa. Aku berusaha berdiri kembali sepelan mungkin. Tapi tetap tidak mampu mengambil posisi lurus. Aku mengulangi gerakan rukuk dan menyambung shalatku hingga selesai sembari menahan rasa ngilu dan nyeri yang bersangatan.  Meskipun ada lintasan pikiran agar aku bisa me

Terima Kasih Dokter Jenny

Gambar
Nama beliau Jenny Tri Yuspita Sari. Menurutku beliau unik. Beliau sangat ramah dan sederhana dalam penampilan. Semula aku ragu yang mana dr. Jenny. Sebab ada dua dokter dalam ruangan poli THT. Satu laki-laki dan satu lagi perempuan. Keduanya ramah dalam menghadapi pasien. Hal unik lainnya yang membuat aku kagum adalah kedekatan dr. Jenny dengan perawat yang bertugas di poli itu. Mereka memanggilnya Bunda. Aku sering memperhatikan keduanya dan menyimak obrolan mereka. Interaksi Meraka sangat hangat, saling menghargai, dan saling membela. Layaknya dua kakak beradik. Allahumma barik lahunna.. Poli Ketujuh Aku langsung ke poli THT setelah mendapat rujukan internal dari dr. Peppy. Setelah menunggu cukup lama di depan poli, aku masuk menemui dr. Jenny. Aku diperiksa oleh partner dr. Jenny di kursi besar dengan sebuah kamera kecil bertangkai panjang masuk melalui lobang hidung. Dokter itu menanyaiku beberapa hal terkait keluhanku. Aku menyampaikan semuanya. Berharap segera dite

Apakah Tes MBTI akurat?

Gambar
Ada sebuah artikel yang menarik terbit di Jawa Pos baru baru ini. Tentang seorang berkarakter INFJ yang di manipulasi habis-habisan oleh seorang yang berkepribadian manipulatif. Si INFJ terumpan terlalu jauh sehingga melewati borderline. Sehingga ia menjadi dirugikan dan ujung-ujungnya stres sendiri. Berbicara tentang borderline, aku jadi teringat Miss Imank Alisandra. Seorang coach Mental Health berparas manis dari Pulau Jawa. Aku rajin mengikuti kelas-kelas beliau selama dua tahun kemarin, sebelum rutin ke rumah sakit. Hasilnya ... Alhamdulillah aku merasakan banyak perubahan baik dalam diriku. Satu bulan yang lalu aku menghadiahkan buku yang berisi sejumlah afirmasi positif, tulisan Miss Imank dan satu buah diari berisi jurnal syukur untuk adik sepupuku, Elka. Dua pekan setelah buku itu ku berikan ke Elka, aku melihat ada perubahan baik saat berkomunikasi dengan Elka. Ia terlihat lebih sumringah, manis, dan percaya diri. Masyaallah Laa hawla walaa quwwata illaa billaah.